Jumat, 29 Januari 2010

PENDAMPINGAN POSDAYA OLEH MAHASISWA IPB

Bogor, 28 Januari 2010

Hujan deras di kota bogor hal biasa, yang luar biasa adalah semangat Aliyatur Ropiah, walaupun hujan deras tak mengurungkan niatnya melangkahkan kaki menyelusuri jalan setapak nan berliku menuju Posdaya Mandiri di Kelurahan Tegal Gundil Kota Bogor.

Aliyatur Ropiah adalah salah seorang dari 31 mahasiswa IPB yang diterjunkan oleh P2SDM LPPM IPB untuk membantu dan mendampingi 10 posdaya yang tersebar di kota bogor (posdaya mandiri, posdaya bina sejahtera dan posdaya puspa lestari), kabupaten bogor (posdaya kenanga dan posdaya benteng harapan) kabupaten Cianjur (posdaya an-nur, posdaya sirnagalih dan posdaya as-salam) serta kabupaten sukabumi (posdaya melati dan posdaya jati mandiri). Para mahasiswa tersebut akan tinggal bersama warga sekitar 3 minggu sebagai fasilitator untuk mengembangkan posdaya.


Jampang kulon, 28 - 1 - 2010

"pak, mobilnya bisa berhenti sebentar" kata seorang penumpang kepada yang membawa mobil.
"okelah kalo begitu" sahut pengendara.
Ketika mobil berhenti, sang penumpang langsung turun dan.............hoek...hoek.....hoek...... berhamburan sarapan tadi pagi.
Itulah sekelumit pengalaman pendamping posdaya melati di kecamatan jampang kulon kab. sukabumi. Perjalanan yang panjang (250 km) dan berliku membuat sang pendamping mabuk kepayang eeee mabuk kendaraan. Tapi semua itu tak menyurutkan niatnya tuktetap bertahan mendampingi posdaya.

Kamis, 28 Januari 2010

Rencana Kerja Posdaya KENANGA 2010

Rencana Kerja Posdaya KENANGA 2010

1. Membuat peternakan untuk masyarakat kecil contohnya,kambing dan kelinci.
2. Pembuatan plang posbindu lansia dan peralatan posbindu.
3. Pembuatan penerang jalan digang sempit.
4. Ingin mengadakan timbangan bayi di posyandu.
5. Memberikan pmt kepada balita dan ibu hamil yang datang ke posyandu setiap bulan.
6. Membeli tempat tidur untuk pemeriksaan tempat tidur di posyandu.
7. Mengadakan seragam untuk siswa paud.
8. Ingin mempunyai alat bermain untuk siswa paud contohnya,ayunan dan prosotan.
9. Ingin mendapatkan honor bulanan dari pemerintah bagi pendidik paud.
10. Menciptakan lingkungan bersih,sehat dan nyaman.
11. Ingin mempunyai meja dan kursi untuk belajar bagi sisa paud.
12. Membuat gafura posdaya kenang disetiap gang supaya masyarakat lebih mengenal posdaya.
13. Mengajak setiap masyarakat untuk menanam apotek hidup/tanaman herbal.
14. Menambah dan melengkapi buku-buku bacaan di perpus warga.
15. Ingin mengadakan pelatihan ukm bagi ibu-ibu rumah tangga dan remaja yang sekolah dan putus sekolah.
16. Ingin mengadakan sekolah paket B dan paket C.

Jumat, 22 Januari 2010

matriks program geulis bageur

program kerja 2010 posdaya geulis bageur cangkurawok-sengked desa babakan

tujuan : mendorong proses-proses bagi tercapainya program posdaya geulis bageur dalam membangun masyarakat dan perubahan serta bermanfaat.

prasyarat :
1. adanya keseriusan pengurus dan masyarakat yang kuat untuk tercapainya kegiatan
2. dukungan dan peran serta masyarakat/stacholder dalam pengembangan program
3. tersedianya sumber daya manusia yang memadai baik untuk menjalankan proses-prosesnya maupun untuk implementasi program

masalah dasar :
1. terbatasnya publikasi dan promosi
2. belum tersosialisasinya program dengan baik.
3. peran serta masyarakat masih minim
4. kekuatan pengurus

strategi :
1. penguatan pengurus posdaya
2. melakukan riset dan aksi lapang
3. peningkatan intensitas pengurus
4. publikasi, promosi, sosialisasi, dan negosiasi

kegiatan :
1. pendampingan dan penguatan pengurus
2. pelatihan-pelatihan
3. diskusi atau pertemuan

bidang lingkungan :
1. penanggulangan sampah
2. penggalangan kerja bakti
3. menggali potensi kerajinan lokal
4. pemilahan sampah

bidang pendidikan :
1. penggalangan kerjasama dengan lembaga pendidikan yang ada di wilayah atau lingkungan
2. pelatihan atau pembalajaran

bidang kesehatan :
1. posyandu
2. penimbangan ibu dan anak
3. penimbangan ibu hamil
4. penimbangan lansia
5. proses pengadaan alat tensi darah
6. penyulihan kesehatan dan kerjasama dengan puskesmas
7. penanggulangan gizi buruk

bidang ekonomi :
1. mencari peluang pasar
2. memasarkan hasil kerajinan
3. menjalin kerjasama

indikator sukses :
1. perencanaan mikro
2. database atau pemetaan
3. kekuatan kelembagaan
4. peningkatan peran serta masyarakat
5. dukungan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam



catatan :
sumberdaya yang dibutuhkan tenaga ahli dan peneliti

Damandiri dan IPB Kembangkan Pemberdayaan Keluarga

Bogor, Pelita
Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) merupakan suatu forum silaturahmi, advoksi, komunikasi, informasi, edukasi sekaligus wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi kekeluargaan secara terpadu. Dengan penguatan fungsi ini dimungkinkan setiap keluarga makin mampu membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera, keluarga mandiri dan mampu menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik.
Demikian Dr Ir Pudji Muljono, MSi, Ketua Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (P2SDM) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Bogor (IPB) dalam Rapat Koordinasi dan Konsultasi (Rakortas) bersama dengan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) selaku inisiator Posdaya, Pemerintah Kota Bogor dan dari jajaran Pemkab Bogor di Gedung Auditorium Andi Hakim Nasoetion, IPB, Bogor, Selasa (19/1).
Pada prinsipnya, kata Pudji Muljono, pembentukan posdaya adalah untuk penyegaran modal sosial, seperti hidup bergotong royong dalam masyarakat guna membantu pemberdayaan keluarga secara terpadu, bahagia dan sejahtera. Posdaya juga ikut memelihara keluarga sebagai lembaga sosial terkecil, sebagai perekat demi terciptanya kehidupan yang rukun, damai serta memiliki dinamika yang tinggi. Sedang IPB melalui Tri Dharma Perguruan Tingginya berkewajiban memberikan pengabdian sekaligus sebagai pendamping masyarakat.
Posdaya adalah gagasan untuk membangun sumber daya manusia melalui partisipasi keluarga secara aktif. Proses pemberdayaan diprioritaskan pada peningkatan kemampuan keluarga untuk bekerja keras mengentaskan kebodohan dan kemiskinan. Jadi ini murni kegiatan pemberdayaan yang muncul dari masyarakat yang berdampak pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia baik pendidikan, kesehatan dan sebagainya, papar Pudji Muljono pada Pelita.
Lebih lanjut Ir Muhammad Yannefri Bachtiar, MSi, Sekretaris P2SDM LPPM IPB sekaligus Ketua Pelaksana Rakortas didampingi anggotanya Mintarti mengatakan, untuk pengembangan posdaya sendiri, sekitar lima tahun lalu, tahun 2005, program posdaya masih dipusatkan pada pembinaan SDM di tingkat SMA dan SMK. Namun dari tahun 2007, sudah memasuki ranah kampus atau perguruan tinggi. Programnya bergeradi bidang pendidikan, kesehatan, ekononim atau kewirausahaan dan lingkungan.
Selama tiga tahun terakhir, IPB P2SDM LPPM-nya telah memiliki 50 posdaya binaan yang tersebar di Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dam Cianjur. Diantaranya adalah Posdaya 06 Tunas Harapan, Ceria, Jogjogan, Resik di Cisarua; Posdaya RW 02 Ciayung Girang dan Melati di Megamendung; Cisadane, Mekar Tani dan Bersatu di Cigombong, Mekar Mandiri dan Semai Mulia di Ciampe; Hurip Bahari, Matahari dan Bina Desa di Cisolok Sukabumi; Posdaya Mandiri (RW Siaga) di Rancamaya, Bersatu di Bojongkerta, RW Siaga 06 Kerta Maya, Bogor Selatan Kota Bogor.
Sementara itu, Wakil Walikota Bogor Achmad Ruyat memberikan apresiasi dan ungkapan terima kasih atas adanya pengembangan posdaya tersebut. Ia pun aspresiasi pada IPB yang telah menjalankan fungsi Tri Dharma Perguruan tingginya terutama dengan pengabdian masyarakat melalui penguatan posdaya keluarga.
Untuk sekarang, di Kota Bogor sudah ada 10 kelurahan binaan. Ini akan terus bersama kita kembangkan. Mudah-mudahan pada 2014, 68 kelurahan sudah ada posdayanya, ungkap Achmad Ruyat.
Posdaya, lanjutnya, sangat berdampak pada peningkatan IPM, baik melalui perbaikan pendidikan, kesehatan, pengentasan kemiskinan dan pengembangan jiwa kewirausahaan, tentu jajaran pemerintah kota sangat mendukung kegiatan ini. Kita juga ada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana, dan Kepala Badan, Bu Nia, juga langsung hadir untuk memberikan dukungan atas pembinaan posdaya sekaligus penjaringan aspirasi masyarakat, lanjutnya.
Terkait pengembangan pembinaan posdaya oleh IPB yang signifikan, baik di Bogor, Sukabumi dan Cianjur, Prof Dr Haryono Suyono Ketua Yayasan Damandiri sangat menyambut baik. Apalagi dengan adanya dukungan dan kepedulian dari pemerintah daerah, ia berharap pengembangan posdaya dapat terus ditingkatkan.
50 Posdaya itu sudah sangat bagus. Dengan dukungan para pihak, binaan ini bisa berlipat jumlahnya. Saudara juga melihat bagaimana antusias dan komitmennya Bapak Wakil Walikota Bogor Achmad Ruyat mengikuti acara sampai akhir itu sangat luar biasa, papar Haryono Suyono pada Tosa Pelita.
Untuk saat ini, lanjut Haryono Suyono, pihaknya telah menjalin kerjasama dengan 60 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Dari tahun ke tahun, jumlah posdaya binaan terus meningkat dan kini telah mencapai 5000-an. Pembentukan dan pengembangan Posdaya dapat dilakukan oleh anggota atau organisasi masyarakat seperti PKK, organisasi sosial dan keagamaan seperti Pengurus Masjid, Panti Asuhan, lembaga lain atau perorangan.
Pembentukan Posdaya bisa diprakarsai oleh lembaga pendidikan seperti SMA dengan melibatkan siswa yang dibimbing para guru. Posdaya dapat dikembangkan oleh Pemda dan seluruh aparatnya di tingkat kecamatan, desa, kelurahan, RW/RT. (ck-19)

50 Posdaya Binaan IPB Terus Dikembangkan

BOGOR (Suara Karya) Masyarakat yang mengerti program-program yang disampaikan merupakan buah keberhasilan pos pemberdayaan keluarga (posdaya). Program posdaya muncul dan bawah dan berorientasi pada manusia. Demikian disampaikan Ketua Yayasan Da-mandiri. Prof Dr Haryono Suyono, pada rapat koordinasi dan konsolidasi 50 posdaya binaan Institut Pertanian Bogor (IPB), di ruang auditorium Kampus IPB, Bogor, Jawa BaraL

Beda dengan pemerintah, menurut dia, yang selalu memerintah untuk meluncurkan sebuah program kepada masyarakat, posdaya justru menciptakan programnya memang dari bawah. Dengan demikian, masyarakat dapat mencapai tujuan terpadu nya, yakni membangun masyarakat madani yang bersatu, cerdas, dinamis, dan sejahtera.

IPB dengan 50 posdaya binaannya, disarankan Haryono, menggandeng Perum Pegadaian guna membantu kebutuhan permodalan usaha. Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) sangat bermanfaat bagi masyarakat, baik untuk keperluan usaha produktif maupun kebutuhan mendadak sekalipun.

Disebutkan, sesuai dengan tujuan dibentuknya, keberadaan posdaya antara lain untuk menyegarkan modal sosia], seperti hidup bergotong royong dalam masyarakat Lebih jauh, posdaya untuk membantu pemberdayaan keluarga secara terpadu dan membangun keluarga bahagia dan sejahtera.

Untuk itu, sasaran tugas posdaya ialah terselenggaranya upaya bersama, agar tiap keluarga mempunyai kemampuan melaksanakan delapan fungsi keluarga. Ada empat bidang utama yang menjadi pokok aktivitas pemberdayaan masyarakat, yakni bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang ekonomi/kewirausahaan, dan bidang lingkungan. Keempat bidang itu selain menjadi penentu utama dalam penghitungan indeks pembangunan manusia (human development index), juga merupakan aktivitas yang sehari-hari sangat melekat dengan kebutuhan dasar manusia.

Hampir di tiap posdaya binaan IPB terselenggara program pendidikan anak usia dini (PAUD). Sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang sadar perlunya pendidikan sejak usia dini, maka masyarakat sangat antusias dengan berdirinya PAUD di posdaya mereka. Meski dengan sumber daya yang sederhana dan seadanya, PAUD telah terselenggara di sebagian besar posdaya.

Program bidang ekonomi atau kewirausahaan memperlihatkan banyak kreativitas masyarakat yang tumbuh untuk mencari peluang usaha. Sedangkan di bidang lingkungan, umumnya posdaya mengarahkan kegiatan pada upaya pengelolaan sampah.

Peserta rakor ini terdiri dari 50 posdaya binaan IPB dari Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur. Ditambah posdaya binaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dan posdaya binaan Universitas Islam Bandung (Lnisba).

(Bodi Smo/Tuwoao)

Posdayaipb gandeng pengadaian

Tuesday, 19 January 2010 18:53 altKORANBOGOR.COM, BOGOR -- Institut Pertanian Bogor (IPB) disarankan menggandeng Kantor Pegadaian untuk membantu kebutuhan permodalan usaha Posdaya. Yayasan Damandiri kerjasama dengan Pegadaian membentuk kegiatan simpan pinjam atau yang sering disebut dengan pola syari’ah.

Hal tersebut diungkapkan Prof Dr Haryono Suyono saat menjawab pertanyaan salah satu peserta Rapat Koordinasi dan Konsultasi Posdaya Binaan IPB, di gedung Auditorium Andi Hakim Nasution IPB Dramaga, Selasa (19/01).

Menurut Prof Dr Haryono Suyono, simpan pinjam yang dikelola Posdaya dengan keanggotaan masyarakat setempat dan dengan keragaman besarnya iuran wajib dan bulanan. Jumlah uang jas LKM juga bervariasi, namun umumnya masih dibawah 5 juta rupiah.

Keberadaan LKM diakui sangat bermanfaat bagi masyarakat baik yang menggunakannya untuk keperluan usaha produktif maupun sebagaian ada juga untuk keperluan mendadak seperti untuk beli obat dan keperluan anak sekolah. LKM juga dicita-citakan oleh masyarakat sebagai lembaga yang mampu menghapus bank keliling yang saat ini merajalela hampir disetiap pelosok desa, tegas Prof Dr Haryono Suyono.

Disebutkan, sesuai dengan tujuan dibentuknya Posdaya antara lain untuk menyegarkan modal sosial, seperti hidup bergotong-royong dalam masyarakat guna membantu pemberdayaan keluarga secara terpadu dan membangun keluarga bahagia dan sejahtera.

Posdaya merupakan gagasan baru guna menyambut anjuran pemerintah untuk membangun sumberdaya manusia melalui partisipasi keluarga secara aktif. Proses pemberdayaan itu diprioritaskan pada peningkatan kemampuan keluarga untuk bekeja keras mengentaskan kebodohan, kemalasan dan kemiskinan dalam arti yang luas.

Dijelaskan Prof Haryono Suyono, sasaran kegiatan yang dituju adalah terselenggarakannya upaya bersama agar setiap keluarga mempunyai kemampuan melaksakanakan delapan fungsi keluarga.

Ada empat bidang utama yang menjadi pokok aktifitas pemberdayaan masyarakat yang ditejuni Posdaya, yakni bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang ekonomi/kewirausahaan dan bidang lingkungan. Keempat bidang ini selain menjadi penentu utama dalam penghitungan indeks pembangunan manusia (human development indek), juga merupakan aktifitas yang sehari-harinya sangat melekat dengan kebutuhan dasar manusia.

Program Bidang Pendidikan
Hampir disetiap Posdaya binaan IPB terselenggara program PAUD. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang sadar perlunya pendidikan sejak usia dini, maka masyarakat sangat antusias dengan berdirinya PAUD di Posdaya mereka. Meski dengan segala sumberdaya yang sederhana dan seadanya PAUD telah terselenggara disebagian besar Posdaya.

Masyarakat dengan sukarela menawarkan rumah dan bangunan mereka digunakan sebagai tepat belajar PAUD. Bahkan gurunya pun adalah tenaga sukarela 100 persen yang berasal dari penduduk local yang berpendidikan setara SLA. Dengan sedikit sentuhan dari P2SDM LPPM IPB, maka guru local tersebut mulai menjalankan perannya sebagai tutor PAUD.

Program Bidang Ekonomi/Kewirausahaan, banyak kreatifitas masyarakat yang tumbuh untuk mencari peluang usaha dengan menggali potensi diri dan potensi sumberdaya yang ada diwilayah masing-masing Posdaya. Namun hal yang cukup mencengangkan adalah begitu cepatnya respon masyarakat untuk mengembangkan diri setelah terbentuknya Posdaya dan tersusunnya program-program kegiatan melalui sebuah rapat kerja (Raker) Posdaya yang bersangkutan.

Produk yang sudah berhasil diproduksi oleh Posdaya antara lain adalah dendeng sapi, kripik singkong, usaha pembibitan tanaman, sirup jus jambu merah dan pengembangan usaha produksi sepatu.

Dibidang lingkungan, umunya Posdaya mengarahkan kegiatan pada upaya pengelolaan sampah. Pelatihan pengelolaan sampah disampaikan oleh IPB dan sebagian Posdaya telah mampu mengimlpementasikan pengelolaan sampah menjadi kompos yang bernlai ekonomi. Selain itu limbah plastik dapat diolah menjadi produk-produk kerajinan dan karya seni. Misalnya, limbah plastik tersebut dibuat menjadi tas, dan dipsarakannya jangan jauh-jauh, bisa juga ditawarkan ke Kampung yang tak jauh, terang Prof Dr Haryono Suyono.

Peserta Rakortas antara lain dari 50 Posdaya Binaan IPB (Kota Bogor, Kab Bogor, Kab Sukabumi dan Kab. Cianjur) Posdaya Binaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Posdaya Binaan Universitas Islam Bandung (Unisba).(Aldi)

POSDAYA;SEBUAH IMPLEMENTASI PARADIGMA BOTTOM UP PLANNING DAN PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT

Konsep Bottom-Up Planning adalah sebuah konsep pembangunan yang mengedepankan masyarakat sebagai pemeran utama dalam proses pembangunan pada setiap tahap, tercakup di dalamnya proses perencanaan, pelaksanaan dan juga evaluasi pembangunan. Posdaya (pos pemberdayaan keluarga) yang digagas oleh Prof Haryono Suyono pada tahun 2006 dengan beberapa tambahan pengayaan pemikiran dari berbagai perguruan tinggi di tanah air adalah salah satu contoh penerapan konsep Bottom Up Planning tersebut. Posdaya adalah wadah kegotongroyongan di masyarakat dengan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat dengan misi meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan fokus utama keluarga-keluarga miskin. Titik sentral kegiatan Posdaya adalah pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan. Sebagai wadah gotong royong Posdaya melibatkan orang-orang kaya di suatu wilayah sebagai kelompok peduli atau donatur yang akan berperan aktif sebagai penyedia dana untuk lancarnya kegiatan Posdaya. Metode pengembangan Posdaya adalah “Bottom up Planning” dengan mengutamakan kemandirian dan keswadayaan

Posdaya bertujuan untuk:

  1. Menyegarkan modal sosial seperti hidup gotong royong dalam masyarakat untuk membantu pemberdayaan keluarga secara terpadu dan membangun keluarga bahagia dan sejahtera.
  2. Ikut memelihara lembaga sosial kemasyarakatan yang terkecil, yaitu keluarga, yang dapat menjadi perekat masyarakat sehingga tercipta kehidupan yang rukun, damai dan memiliki dinamika tinggi.
  3. Memberi kesempatan kepada setiap keluarga untuk memberi atau menerima pembaharuan yang dapat dipergunakan dalam proses pembangunan keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Ada 4 bidang utama yang menjadi pokok aktifitas pemberdayaan masyarakat yang ditekuni Posdaya yakni bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang ekonomi/kewirausahaan, dan bidang lingkungan. Keempat bidang ini selain karena menjadi penentu utama dalam penghitungan indeks pembangunan manusia (human development indek), juga merupakan aktifitas yang sehari-hari sangat melekat dengan kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, penetapan keempat bidang prioritas ini di Posdaya merupakan sebuah pemikiran cerdas dan implementatif, keempat bidang ini juga dapat dikatakan sebagai sebuah penyebab dari kesesuaian implementasi Bottom Up Planning dalam tubuh Posdaya.

Dalam implementasinya, perguruan tinggi selaku agen pemberdaya, pada langkah awal mensosialisasikan konsep Posdaya kepada masyarakat calon wilayah penerapan Posdaya, sekaligus dalam sosialisasi tersebut perguruan tinggi menawarkan program pemberdayaan yang bersifat bottom up tersebut kepada masyarakat yang awalnya diwakili oleh beberapa tokoh masyarakat. Jika mereka menerima maka langkah berikutnya dalam proses penerapan Posdaya ini dapat dilanjutkan. Namun jika masyarakat memperlihatkan tanda-tanda keberatan dengan program ini, maka perguruan tinggi/pihak pemberdaya mencari wilayah lain yang lebih responsif dan akomodatif.

Indikasi penerimaan masyarakat dapat ditangkap dengan tanggapan positif dan akomodatif untuk menapaki langkah-langkah lanjutan menuju pembentukan posdaya. Sebaliknya indikasi penolakan bisa terlihat dari tanggapan mereka yang keberatan dengan adanya lembaga baru di wilayah mereka, atau dengan sikap menunda-nunda jadwal pertemuan lanjutan sampai berlarut-larut.

Dari tahap awal sosialisasi dan penawaran penerapan posdaya di suatu wilayah sudah tercermin implementasi konsep bottom-up dengan memberikan sepenuhnya kesempatan pengambilan keputusan kepada masyarakat setempat.

Hal ini sangat berbeda dengan pola Top Down sebagaimana biasanya, dimana kebanyakan program yang ada di masyarakat pada umumnya berasal dari atas, dari pemerintah. Konsep perencanaan, bentuk program, pendanaan, ditentukan oleh pemerintah yang cendrung diterapkan seragam tanpa melihat keragaman potensi dan kendala spesifik lokal. Di lain pihak Posdaya mencoba agar masyarakat sendiri yang melakukan pemetaaan terhadap masalah mereka. Pihak pemberdaya cukup menggali apa yang mereka butuhkan dan inginkan, dan mengungkapkan harapan mereka, selanjutnya aktifitas pemberdayaan sebenarnya lebih bertumpu pada masyarakat sendiri dengan mengolah potensi lokal yang dilakoni oleh masyarakat sendiri. Inilah implemenatsi pembangunan berbasis masyarakat. Nuansa keswadayaan ditumbuhkan dalam bentuk kerjasama masyarakat dalam mengolah potensi yang dimiliki sambil mencari peluang untuk bekerjasama dengan pihak manapun yang mempunyai visi pemberdayaan masyarakat. Jadi, indikator pertama, terletak bagaimana keinginan masyarakat yang bersangkutan untuk melakukan suatu aktifitas pembaruan. Prof Aida menyebutkan hal ini dengan istilah motivasi pihak yang diberdayakan.

Senin, 18 Januari 2010

SAMBUTAN KEPALA P2SDM LPPM IPB

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga Buku “Mereka Yang Bergelut Dengan Posdaya” dan Profil 50 Posdaya IPB dapat diselesaikan.
Penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu melalui sambutan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) yang telah berkenan untuk menerbitkan kedua buku ini bertepatan dengan 16 tahun Yayasan Damandiri telah berkarya dalam upaya pemberdayaan masyarakat Indonesia. Kami juga menyampaikan terimakasih kepada Koordinator Program Pengembangan SDM dan Posdaya Wilayah Jawa Barat dan Lampung yang telah banyak mendorong kami untuk tekun menyusun kedua buku ini. Kami juga sangat berterima kasih kepada pengurus dan kader 50 posdaya, para pendamping, pihak kelurahan, kecamatan, Puskesmas dan bidan, dinas-dinas terkait serta tokoh masyarakat yang bergandeng tangan dalam mendorong perkembangan Posdaya di wilayah masing-masing.
Semoga buku ini dapat menjadi sumber wawasan dalam upaya impelementasi pemberdayaan masyarakat bagi seluruh pihak yang senantiasa berkarya dan peduli dengan upaya pemberdayaan masyarakat.

Bogor, Januari 2010


Dr. Pudji Muljono, MSi

POSDAYA SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) merupakan suatu forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi kekeluargaan secara terpadu. Penguatan fungsi-fungsi utama tersebut diharapkan memungkinkan setiap keluarga makin mampu membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera, keluarga yang mandiri dan keluarga yang sanggup menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik. Dapat dikatakan bahwa Posdaya merupakan wahana pemberdayaan 8 fungsi keluarga secara terpadu, utamanya fungsi agama atau ketuhanan yang maha esa, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi atau wirausaha dan fungsi lingkungan.

Posdaya adalah sebuah gerakan dengan ciri khas “bottom up program”, yang mengusung kemandirian, dan pemanfaatan sumberdaya serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi. Posdaya dikembangkan sebagai salah satu sarana meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang hanya bisa diharapkan melalui penguatan fungsi keluarga secara terpadu. Kini Posdaya terus menjangkau berbagai pelosok desa di Tanahair. Banyak bupati atau walikota kini ramai-ramai mendorong anggota masyarakatnya untuk mendirikan dan mengembangkan Posdaya. Posdaya dapat dikembangkan di mana-mana, bahkan juga dalam lingkungan komunitas masjid.

Tujuan pembentukan posdaya adalah untuk menyegarkan modal sosial, seperti hidup bergotong-royong dalam masyarakat guna membantu pemberdayaan keluarga secara terpadu dan membangun keluarga bahagia dan sejahtera. Selain itu, posdaya juga ikut memelihara lembaga sosial kemasyarakatan yang terkecil, yaitu keluarga, agar dapat menjadi perekat sehingga tercipta kehidupan yang rukun, damai, dan memiliki dinamika yang tinggi. Bahkan program posdaya itu diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada setiap keluarga untuk memberi atau menerima pembaharuan yang dapat dipergunakan dalam proses pembangunan keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Posdaya merupakan gagasan baru guna menyambut anjuran pemerintah untuk membangun sumberdaya manusia melalui partisipasi keluarga secara aktif. Proses pemberdayaan itu diprioritaskan pada peningkatan kemampuan keluarga untuk bekerja keras mengentaskan kebodohan, kemalasan dan kemiskinan dalam arti yang luas. Sasaran kegiatan yang dituju adalah terselenggarakannya upaya bersama agar setiap keluarga mempunyai kemampuan melaksanakan delapan fungsi keluarga. Dalam rangka pelaksanaan Millenium Development Goals (MDGs), pengembangan fungsi keluarga tersebut diarahkan kepada lima prioritas sasaran utama, yaitu (1) komitmen pada pimpinan dan sesepuh tingkat desa dan pedukuhan, kecamatan dan kabupaten, (2) pengembangan fungsi keagamaan, fungsi KB dan kesehatan, (3) fungsi pendidikan, (4) fungsi kewirausahaan dan (5) fungsi lingkungan hidup yang memberi makna terhadap kehidupan keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Rintisan awal Posdaya dilakukan oleh Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) bekerjasama dengan berbagai pihak seperti kalangan perguruan tinggi dan pemerintah daerah. Jumlah Posdaya yang sudah dibentuk di Indonesia pada saat ini sekitar 5.155 Posdaya, dimana sebanyak 53 Posdaya di antaranya telah terbentuk di sekitar Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi. Pembentukan dan pengembangan Posdaya di wilayah tersebut didukung oleh Pusat Pengembangan SDM – LPPM IPB Bogor sejak tahun 2006 yang lalu. Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat melalui Posdaya ini melibatkan berbagai pihak seperti Yayasan Damandiri, pemerintah daerah setempat, mahasiswa perguruan tinggi, dan perusahaan yang berminat melalui program CSR.


Belajar dari Pengalaman

Krisis ekonomi dan politik yang terjadi sejak akhir tahun 1997 telah menghancurkan struktur bangunan ekonomi dan pencapaian hasil pembangunan di bidang kesejahteraan sosial selama rezim Orde Baru (1967-1998). Salah satu penyebab terjadinya krisis tersebut adalah kenyataan bahwa meningkatnya angka-angka statistik pertumbuhan ekonomi selama Orde Baru tidak benar-benar merefleksikan terjadinya pemerataan kesempatan dan perolehan kesejahteraan secara bermakna. Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan hanya melahirkan peningkatan kesejahteraan semu (pada sekelompok kecil orang yang sangat kaya), daripada yang secara riil dirasakan oleh mayoritas penduduk (penduduk miskin).

Peningkatan kualitas manusia sebagai sumber daya pembangunan merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. Tujuan utama pembangunan millenium atau MDGs di Indonesia dengan prioritas pengentasan kemiskinan ditargetkan bahwa proporsi penduduk miskin pada tahun 2015 turun menjadi 8,2% dari jumlah penduduk. Keputusan itu merupakan tekad dan kebijaksanaan pemerintah yang perlu didukung semua instansi dan institusi pembangunan.

Agar upaya itu berhasil dengan baik perlu diikuti pengembangan gerakan pemberdayaan keluarga yang dilaksanakan secara intensif. Pembangunan ekonomi yang akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi perlu melibatkan partisipasi masyarakat agar pembangunan yang dilakukan seimbang dan mencapai sasaran. Pembangunan ekonomi harus diimbangi dengan peningkatan partisipasi sosial. Sosial advokasi juga perlu dilakukan agar komitmen pembangunan lebih kuat.

Mengacu pada kondisi bahwa berbagai program pengentasan kemiskinan yang dijalankan pada saat yang lalu kurang dapat menjalankan fungsi sesuai dengan yang diharapkan, maka salah satu potensi dan peluang untuk melakukan program pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan saat ini adalah melalui model pos pemberdayaan keluarga (Posdaya). Kegiatan pemberdayaan keluarga dengan sasaran keluarga miskin ini menekankan pada aspek pemberdayaan keluarga dalam mengentasan kemiskinan terutama empat bidang garapan, yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Dengan wadah Posdaya memungkinkan dilakukan penerapan konsep pemberdayaan masyarakat khususnya bagi semua segmen usia dalam keluarga dalam upaya pembangunan sosial dan ekonomi keluarga untuk pengentasan kemiskinan warga masyarakat secara sistematis.


Kinerja Posdaya

Mengacu pada penelitian Muljono, Burhanudin dan Bakhtiar (2009) yang mengkaji tentang upaya pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan melalui model Posdaya, diketahui bahwa secara umum kinerja Posdaya di sekitar Bogor, Cianjur dan Sukabumi termasuk kategori baik dimana Posdaya telah menghasilkan beberapa perubahan sebagai berikut :

  1. Posdaya mampu mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap bentuk-bentuk intervensi pembangunan. Semula mereka mempersepsikan setiap intervensi luar terhadap masyarakat selalu bermakna pemberian bantuan, khususnya bantuan materi/dana. Tetapi setelah mereka mengenal Posdaya, yang mengusung konsep keswadayaan, gotong royong dan kemandirian, mereka mulai memahami bahwa setiap intervensi luar ke masyarakat tidak selalu berkonotani pemberian bantuan khususnya bantuan dana. Intervensi dapat berupa kegiatan sosial, intervensi ide, nilai-nilai, cara kerja pemberdayaan dan sebagainya. Bahkan Posdaya juga mampu meningkatkan kepercayaan diri terhadap kemampuan diri warga bahwa mereka mampu berperan aktif untuk membangun. Selama ini warga pada umumnya lebih banyak berperan sebagai sasaran pembangunan, tetapi setelah terlibat dalam Posdaya, warga lebih banyak berperan sebagai perancang, pelaksana dan pengevaluasi program-program pembangunan di wilayahnya. Masyarakat menjadi lebih aktif karena Posdaya berfilosofi dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.

  2. Posdaya mampu mendinamisasikan kehidupan masyarakat melalui meningkatnya partisipasi dan komitmen masyarakat dalam pembangunan. Sebelum adanya Posdaya, jumlah masyarakat yang terlibat dalam pembangunan, baik sebagai penerima/sasaran program maupun sebagai kader relatif sedikit. Setelah terbentuk Posdaya, semakin banyak masyarakat yang memanfaatkan layanan Posdaya maupun yang memberikan layanan kepada masyarakat melalui Posdaya. Selain itu, semakin banyak pula warga masyarakat yang mau menjadi kader Posdaya. Warga yang semula kurang aktif dan cenderung tidak peduli dengan lingkungan, kini mulai ”terusik” dengan keberadaan Posdaya. Saat ini partisipasi masyarakat lebih banyak berupa partisipasi tenaga dan waktu, bukan dalam bentuk dana atau materi. Hal ini bisa dipahami karena kondisi ekonomi sehari-hari yang relatif rendah.

  3. Kualitas keluarga-keluarga miskin yang ada di wilayah Posdaya mengalami perubahan yang cukup signifikan setelah ada Posdaya. Indikator perubahan kualitas tersebut antara lain: 1) Posdaya mampu mengubah mindset (cara pandang) gakin yang semula menilai rendah pendidikan menjadi gakin yang menilai penting pendidikan, 2) berani mengemukakan ide-ide perubahan pada saat musyawarah, 3) menilai penting kesehatan ditunjukkan dengan rutin mengunjungi posyandu, posbindu sebagai bagian kegiatan Posdaya, dan 4) jumlah balita kurang gizi berkurang.

  4. Mulai muncul kegiatan-kegiatan ekonomi di masyarakat, seperti munculnya usaha-usaha kecil di bidang pangan, kerajinan maupun jasa. Sebagai contoh usaha jus jambu biji merah, aneka keripik, budidaya jamur, keripik jamur, telur asin, cinderamata dan lain-lain. Usaha tersebut semula tidak ada, setelah ada Posdaya, warga tergerak untuk kreatif mencari tambahan penghasilan.

  5. Masyarakat mulai menilai penting menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan dengan memulai upaya mengolah sampah rumah tangga menjadi kompos.

Harapan untuk Masa Depan

Berdasarkan analisis terhadap kinerja dan identifikasi masalah pengelolaan Posdaya yang terdapat di sekitar Bogor, Cianjur dan Sukabumi, maka dapat disusun berbagai rencana aksi pengembangan Posdaya untuk masa mendatang, antara lain: (1) perlu dilakukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM pengurus/dan kader Posdaya, (2) perlu dilaksanakan resosialisasi Posdaya secara vertikal dan horizontal ke seluruh pihak, (3) membangun jejaring usaha produktif Posdaya untuk lebih memacu pertumbuhan usaha ekonomi masyarakat yang baru, (4) melakukan pembelajaran dan pemotivasian pengurus/kader Posdaya melalui kegiatan study banding dan bechmarking ke Posdaya lain, (5) merintis dan membangun koperasi Posdaya sebagai wadah kegiatan ekonomi masyarakat.

Untuk mengoptimalkan kinerja Posdaya dan demi tercapainya harapan tersebut di masa depan, maka partisipasi dari seluruh pihak dan berbagai komponen masyarakat sangat ditunggu. Semoga melalui forum Posdaya, upaya pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan di negara kita dapat terwujud secara bertahap dan sistemik

peran posdaya

Ada empat jenis peran yang dilakukan oleh posdaya. Pertama, jika pada suatu wilayah tertentu belum terdapat suatu program pemberdayaan apapun atau suatu bentuk kerjasama masyarakat untuk penberdayaan masyarakat, maka di tempat itu Posdaya dapat berperan membangun kegiatan-kegiatan baru yang bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan dimaksud dapat meliputi bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Kedua, jika pada wilayah tersebut pernah ada suatu kegiatan pemberdayaan tetapi sudah ditinggalkan oleh masyarakat, maka posdaya dapat menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan tersebut. Ketiga, jika pada suatu wilayah sudah terdapat kegiatan-kegiatan pemberdayaan, maka kehadiran posdaya dapat berperan untuk meningkatkan kualitas program yang sudah ada, baik kuantitas maupun kualitasnya. Dan keempat, posdaya juga berperan “menjahit” semua kegiatan/kelembagaan masyarakat yang ada di wilayah tersebut sehingga dapat berpayung bersama secara keseluruhan dalam gerakan posdaya.